Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang
pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket
konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk
dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah
terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti
layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama,
tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu
gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada
di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat
panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan
pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di
depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana,
twinkle-twinkle little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis
lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak
itu. Ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu
komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam
permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan
meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar
kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah
hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang
duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya
sempurna.
Apa implikasinya dalam hidup kita ?
Kadang kita
bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang
telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena
Tuhan ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di
samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Tuhan ada di
samping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi
hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di
sekitar kita. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Allah Yang Maha memberi di samping kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buat Rame dengan celoteh mu ya...
thanks..:)