Minggu, 10 Maret 2013

Hati Hati Mendidik Anak


Bismillahirrohmanirrohiim.. 

Kita semua tentunya pasti pernah menjadi anak-anak, setiap insan dewasa pernah melewati masa kanak-kanak. Masa anak atau usia dini merupakan PONDASI untuk masa masa selanjutnya, Anak-anak.. Adik adik.. berbahagialah, tersenyumlah, langkahkan kaki tanpa keraguan, tulis sebanyak banyaknya asa , harapan dan cita citamu seluas samudera, seluas jagat raya, selama jantung masih berdetak, selama nafas masih terhembus, lakukanlah, Semangatlah.......
untuk adik-adik sepupu kecilku "Fadil, Aura, Faisal, Yasmin, Khansa, Kaydan, Salman, Diaz, Rara, De Tia, 'ii, " nikmatilah masa kanak kalian dengan suka citaaa, kesenangan, karena masa itu takkan pernah kembali setelah kita beranjak dewasa seperti ini. 


Well, kini banyak terdengar metode hypnoparenting dalam mendidik anak, apa itu hypno, hipnotiskah seperti para penghipnotis Dedy Corbuzier, Rommy Raffael?, Metode hypnoparenting merupakan suatu cara yang dapat mempetakan dan membuat sistemasi atas segala yang berhubungan dengan orang tua, yakni ditinjau dari sudut pandang cara kerja pikiran dan pengaruhnya terhadap masa depan seorang anak. Prinsip dari hypnoparenting adalah “semua yang di ucapkan dan di lakukan orang tua pada hakikatnya adalah suatu proses hypnotis karena akan terpola pada pikiran bawah sadar anak”, bagaimana cara hypnoparenting. Caranya ialah memberikan sugesti, memberikan role model dan memberikan motivasi pada anak. Anak-anak membutuhkan kekuatan untuk bersandar, membutuhkan pundak untuk menangis, dan membutuhkan contoh untuk mempelajari sesuatu dari seseorang. Apalagi setelah masa dewasanya, yang masalahnya sudah berbeda lagi dari pada masa kanak-kanaknya tentunya masih sangat membutuhkan belaian kasih dan pundak orang tua, .

Nah, apabila apa yang dikatakan orang tua itu menjadi sugesti bagi anak, hendaknya katakanlah sesuatu dengan hati-hati, katakan perkataan yang akan meluaskan hatinya, membesarkan hatinya, memotivasinya, selalu katakan yang baik-baik, usahakan sebisa mungkin untuk tidak mengatakan kata JANGAN. Mengapa? Karena kata jangan itu bernuansa negative, ambillah kata positifnya misal = anda bermaksud melarang anak anak untuk naik naik tangga yang tinggi karena takut anak anda jatuh. Sehingga anda mengatakan

“ Heeyyyy nak, awaaaass jangan naik naik disitu, nanti jatuuh”.

“ Wooii eta budak tonk tataekan kadinya bisi ku ma onam geura..!”

“ Hei... don’t stay there stupid you are!”

“ aduuuh ojo terekel-terekel neng konoo,, ngko tibba.. dasar wong edaan!”

  Sambil teriak teriak bin riweh, bin repot, tibabaranting. hehehe
kalimat tersebut tentunya keliru sangat. well, bagi anak yang kuat dan berpikiran positif, ga masalah. malah akan semakin nekat dan berani, karena biasanya semakin anak dilarang akan semakin tertantang dan penasaran, beda lagi dengan anak yang lemah dan sensitif anak akan mudah berkecil hati, kecewa, putus asa, ngambek, atau murung karena keinginannya tidak terpenuhi, padahal kita tidak tahu mungkin itu bisa jadi salah satu bakat yang dimiliki anak dan justru berpengaruh besar dalam kehidupan masa depannya kelak. Wow.. nyesel deeh..

So, sebaiknya ambillah kalimat positif yang tidak langsung mengagetkan anak, tidak melarang secara sekaligus, bagaimana? contohnya, anda bisa mengatakan: “Waw.. naak, bagus sekali keterampilanmu menaiki tangga, kau bisa jadi pemanjat tebing yang hebat loh!, tapi coba sini dulu nak, kakimu masih belum cukup untuk naik itu, sini deh sini ii lucu banget..”, puji – puji dulu laah.. kesananya alihkan perhatian.., yahh meski padahal dalam hati kita udah dag dig dug sangaaat khawatir tu anak jatoh lah, kegedubrak! Yah intinya kurangi perkataan yang langsung menjatuhkan dan melarang anak secara to the point. Oalaah hhmm, terlalu bertele tele banget dan banyak basa basi, susah lagi, gengsi ngomongnya juga, memang tapi semakin banyak kata jangan justru semakin menuhin otak dan akan masuk kedalam alam bawah sadar anak.
Selain perkataan, pemberian sugesti pada anak adalah melalui perbuatan orang tua, tindakan yang terlihat secara langsung dari dalam iklim/siklus rumah tangga, dapat di serap dan masuk ke dalam bawah sadar anak, orang tua yang sering bertengkar, orang tua yang saling tertutup.. anak bisa melihat dan meresapinya bahkan mengikuti tindakannya.

Orang tua yang kurang memperdulikan perkembangan anak dalam hidupnya cenderung akan membuat mental anak down ketika masa remaja dan masa dewasanya, menjadi orang terasing, dan mudah frustasi.
Saya ingin sekali berbagi kepada anda para pembaca sekalian, bagaimana membuat pondasi yang baik pada anak/ anak didik kita?

Jawabannya adalah KONSEP DIRI.

Yah.. konsep diri, tentunya bermula dari lingkungan yang teerdekat, siapakah? Keluarga Inti = Orang tua, kakak+adik, Lingkungan, teman, tetangga. Tetapi yang terpenting adalah bermuasal dari keluarga inti. Konsep diri yang ada pada Orang tua secara otomatis akan ditularkan kepada anak anaknya, beruntung sekali anak anak yang memiliki Orang tua yang berkonsep diri positif J dibanding yang konsep diri negatif. Jika  Orang tua memiliki konsep diri yang negatif anaknya akan dibesarkan dengan konsep diri yang negatif pula, hmm besar kemungkinan anaknya akan menjadi pribadi yang penuh kebingungan, mudah putus asa, mudah menyalahkan diri sendiri, mudah kecewa, takut melakukan hal baru dan sebagainya. Apa saja ciri orang tua yang memiliki konsep diri yang negatif itu??: Orang tua tersebut akan menampilkan karakter atau tingkah laku yang memandang anaknya dari sisi banyak kelemahan, juga sikap pesimis terhadap masa depan anaknya. Misalnya selalu memarahi, mengucilkan, membandingkan anak di hadapan anak lainnya, atau terlalu menuntut di bidang akademisnya, prestasinya, mengekang ruang gerak aktivitasnya tapi bisa juga karena kebebasan yang diberikan bisa membuat anak tidak mandiri.

Setelah KONSEP DIRI, pastinya anak anak akan merasa bangga dengan dirinya apabila mereka mengenali diri nya sendiri. appa itu? berawal dari IDENTITAS DIRI. dalam identitas, yang pertama dan terisi paling atas biasanya tidak lain adalah NAMA. Siapa Namamu?? Meskipun banyak orang yang mengatakan "Apalah Arti Sebuah Nama" tapi saya tidak sependapat, bagi sebagian orang nama itu sangat berpengaruh untuk kehidupannya. NAMA adalah identitas yang sangat penting, nama adalah panggilan sesorang yang membuat ia dikenal dilingkungannya dan akan membesarkannya hingga dewasa. Nama yang mudah akan menjadi mudah dikenal, tetapi nama yang sulit akan menjadi sulit buat anak. haha filosofi dari mana kamu nenk? ngarang. eeh.. bener ni mah.. 
Hati-hati lah kawan.. kaka-kakak... adik adik.. dan para pendidik atau orang tua yang sedang mimilih nama untuk anaknya, Hati Hati. nanti lah saya buat posting khusus tentang nama... sekarang kan judulnya tentang mendidik anak dulu.   

Nilai yang lebih penting adalah nilai kehidupan, bukan nilai dalam rapot dan tulisan, Orang yang pandai belum tentu berhasil dalam meraih kehidupannya yang nyata, sementara orang yang biasa saja, tidak terlalu pandai justru berhasil dan mampu melewati masa hidupnya dan berhasil pula dalam akademis nya. Kenapa bisa begitu?? hmmmeh.. 

Berbeda lagi dengan Orang tua yang memiliki konsep diri positif, apa saja cirinya? ciri orang tua yang memiliki konsep diri yang positif adalah akan selalu menunjukkan ekspresi bersahabat, sayang, memberikan pelukan hangat kepada anaknya, memberi pujian dari usaha atau keberhasilan anak yang didapat dalam keadaan apapun.
Konsep diri yang positif adalah modal utama bagi anak untuk mencapai kebahagiaan bagi hidupnya. Maka perlakukanlah anak anak, anak didik kita sebagai seorang manusia yang berharga. Biarkanlah mereka tau secara lisan dan mereka memang disayangi.

Jika saya mengamati para orang tua jaman sekarang, ngga usah jauh jauh lah, Orang tua sendiri.. tentunya, pastinya mereka sebenarnya sangat menyayangi anak-anak, sangat menghargai anaknya, bahkan sebetulnya mereka menyayangi anak yang tetapi anak itu merasa dirinya tidak mendapat perhatian dan kasih sayangnya,, padahal justru si anak itu lah yang lebih di sayangi ketimbang saudara lainnya, hanya saja, perilaku Orang tua tersebut tidak menunjukkannya secara langsung bahwa ini loh, Ayah.. iniloh Ibu.. sangat sayang kamu nak, para orang tua yang seperti itu tidak menampilkan bukti secara real kasih sayangnya mungkin mereka tidak sempat Atau karena tidak terbiasa, sehingga melalui ucapan perkataanpun serasa sulit untuk dikatakannya.

pesan saya: untuk saya dan para pembaca yang budiman>> biasakan dari sekarang, dari diri sendiri, dari lingkungan, keluarga, untuk menghargai anak-anak, saling menghargai lah, besarkan anak di lingkungan yang nyaman, bahagia, beri waktu untuk bersama, jika memang sibuk, sempatkan waktu untuk bersamanya, jika yang super sibuk hati-hati.. kesibukan tiada henti bagi para orang tua “berhati hatilah”, karena kesibukan tiada henti bisa berupa adzab dari NYA yang menjauhkan diri dari apapun. Astaghfirullohal'adziim...

ingin sekali saya mengingatkan hal itu pada orangtuaku, namun.. bgmna...
"ya Allah,  ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua Orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sedari kecil"  T_T

Laahaula wala quwwata illa billah..
Semoga kita semua (pembaca, guru-guruku, semuanya..) menjadi orang yang beruntung dihadapan NYA,,
salam sayang (Aisyah L Mumtahanah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buat Rame dengan celoteh mu ya...
thanks..:)