.jpg)
“Mama…Mama…”. Kakinya yang selonjoran
menendang nendang lantai. Tantenyapun terlihat terus merangkulnya, mata sang
tante sudah sangat terlihat sipit dan sembab karena hujan air mata.
“Nova pinter… nanti Nova di Ciraden
aja yah.. sama Ibu guru.., sampe sekolah selesai..sayang 3 bulan lagi ya Nova
ya..”. Ujar mama dengan lembut mencoba membujuk dan menenangkan tangisannya.
Karena sudah dua minggu ini Nova tidak mau masuk sekolah karena tinggal di Cimahi
bersama Nenek dan Kakek dari Mama nya semenjak Ibunya dirawat di Rumah Sakit
Cibabat.
“Nanti Nova disana sama temen temen
main sambil belajar yah…” ucap Mama lagi. Menyentuh lembut rambut Nova. Salah satu
anggota kluarganya yang diduga Kakek dari Mamahnya menimpali ajakan Mama.
“iya…tuu
Nova mau disana ya.. 3 bulan lagi, tapi nanti SD nya mau di Cimahi bu guru..”.
Timpalnya. Meniru jawaban logat anak anak.
Yang di ajak bicara masih menangis
saja, tetapi tidak menjawab ya atau tidak hanya tetap menangis. Memang, bukan
saat yang tepat untuk membicarakan secara deal untuk didapat hasil keputusan
100% saat itu juga.
Waktu terus berlalu, Mama masih
berbincang dengan keluarga yang ditinggalkan. Kemudian mama teringat Ajeng.
Dipertemukannya Ajeng dengan Nova. Ajeng yang usianya jauh lebih kecil dari
Nova berjalan hati hati menjingjit kakinya. Ajeng berusia 3 tahun, anak kecil mungil dan imut ini wajahnya memang
menggemaskan karena lucu akan kemungilannya dan suaranya yang cempreng.
Saat di pertemukan Nova bersalaman
dengan Ajeng. Masih terlihat malu malu, namun tak disangka akhirnya Nova bisa tersenyum saat melihat Ajeng.
Kakeknya menyaksikan perubahan wajah
Nova ketika melihat Ajeng dan berkata.
“eeh tuh senyum ngeliat Ajeng..”.
Ajeng yang matanya bundar, wajahnya putih, badannya mungil kecil, kurus, jauh
dari langit-langit membalas senyumnya juga. Alhamdulillah pertemuannya itu
mungkin sedikit menghilangkan kesedihan bagi Nova sendiri. Tiba-tiba Nova
nyeletuk bilang mana Revan..?. sambil malu malu bilang dan sembunyi berbalik ke
badan Tantenya.
Ibuku menoleh dan menatapku spontan dengan
raut wajah yang sedikit kecewa, karena Revan memang tidak ikut dalam rombongan
orangtua murid. Saya pun hanya tersenyum. Namun sepersekian detik sesaat
setelahku melempar pandanganku ke pintu luar, terlihat sosok seperti Mamahnya
Revan sedang berjalan kearah kediaman kami.
“Bentar-bentar, itu kaya mamahnya
Revan!”. Seru ku bersemangat.
“mana?oo iyaa”. Ibuku segera meraih
tangan Revan dan membimbingnya berjalan melewati kerumunan tamu-tamu lain.
“Niih ini Revan sayang.. mana sini
Revan, Nova pengen ketemu”. Sambung Ibuku, seraya menghantarkan Revan agar
berdekatan dengan Nova.
“eeh.. Revan,, sini Revan di peluk
Nova nya..”. timpal Kakek Nova saat Revan tiba berhadapan dengan Nova.
Revan pun menurutnya. Nova menyambut sahabatnya dengan berdiri, begitu juga Revan berdiri dihadapan Nova. Dipeluknya Nova oleh Revan sahabatnya hingga Nova pun balas memeluk Revan. Mereka saling berpelukan sambil berdiri.
Kami, yang menyaksikan kejadian tersebut tak kuasa menahan bendungan air mata.
Termasuk saya sendiri tak kuasa menahan butiran bening yang sejak tadi saya
tahan agar tak keluar, namun melihat kejadian itu akhirnya saya tersenyum
dengan ari mata berderai, ya Allah… sungguh hatiku tersentuh terpilin pilin
haru campur aduk rasanya saat itu denting piano doremifasilasido seperti berbunyi
mengiringi keharuan ini (Yiruma-Kiss The Rain). sedih, haru, sakit, dan bangga dengan adik adik ini.
Masya Allah…, ternyata memang benar
sekali. Kehadiran seorang teman sebaya baik dalam suka maupun duka adalah
termasuk hal yang sangat penting. Sesaat setelah Revan dan Nova saling
berpelukan Nova mulai bersuara dan bercakap cakap dengan Revan.
“Revan main yuk, ada ikan di rumah
aku”. Ajak Nova.
Yah, Hari itu saya memetik pelajaran
yang amat berharga dari dua orang anak kecil yang belum mengerti tentang banyak
hal. Sikap afektif dan psiokomotorik dari anak kecil yang kini sedikit jarang
dilakukan orang dewasa. Rasa simpati, empati, belas kasih yang sepertinya orang
dewasa/ pemuda justru dengan mudah mengabaikannya. Bahkan biasanya ada istilah
yang dibuat orang dewasa seperti
“Dulur Jadi Batur – Batur Jadi Dulur” Apa itu maksudnya, saudara tetap saudara, teman juga saudara, semua saudara.
Well, dari sepenggal kisah nyataku ini
kita semua bisa belajar. Bahwa sebenarnya Hal yang paling dekat dengan kita
adalah KEMATIAN KITA. bukan Kekasih Hati kita, Keluarga kita, orang orang
terdekat kita tetapi hal yang paling dekat dengan kita yang masih HIDUP justru adalah
KEMATIAN itu sendiri.
![]() |
Firman Allah tentang Kematian Makhluknya |
.jpg)
![]() |
Doa dijauhkan dari siksa kubur dan Fitnah Dajjal |