Kamis, 13 Februari 2014

Semua Akan Kembali ke Rumah Masa Depan

Pertengahan Bulan Februari ini kami pengurus dan keluarga Central Educative Bahrul Amien mendapat berita duka dengan kembalinya salah satu orangtua murid berusia 29 tahun yang kembali ke pangkuanNya. Masih teringat dan terekam peristiwa tadi siang, saat melayad ibu tersebut yang meninggal karena jihad melahirkan anaknya yang kedua. Orangtua ini adalah salah seorang Ibu yang menyekolahkan anaknya di Central Educative Bahrul Amien / CEBA Sekolah PKBM yang didirikan oleh kedua orangtuaku pada tahun 2006. Yah, di tempat rumah duka tadi, sangat jelas isak tangis dan haru deru keluarga yang ditinggalkannya. Terutama sang anak yang masih berusia 5 tahun. Nova namanya. Laki – laki. Nova berada dipangkuan tantenya, adik almarhumah yang masih duduk di bangku sekolah SMA. ada pula Adik laki-laki almarahumah paman Nova yang duduk berangkulan dengan Ibunya. Kami yang hadir duduk berkumpul dalam ruangan yang sama, bersama Ibu saya, kerabat tetangga dan beberapa perwakilan orangtua murid serta Ajeng dan Wifa, 2 orang siswa teman Nova di CEBA. Almarhumah di kebumikan di Cimahi jalan Padasuka (Rumah Orangtua Alm-Red). Namun selama Nova bersekolah ia tinggal di Ciraden dengan Nenek dari Ayahnya. Terlampau sangat jauh jika berangkat dari Cimahi dan bersekolah di Ciraden, padahal banyak sekolah unggul di Kota Cimahi sana. Well, hanya Ibuku yang menjadi juru bicara kala itu. Ibuku mengajak ngobrol Nova yang menangis terisak isak dan terus memanggil manggil sang Mama.

“Mama…Mama…”. Kakinya yang selonjoran menendang nendang lantai. Tantenyapun terlihat terus merangkulnya, mata sang tante sudah sangat terlihat sipit dan sembab karena hujan air mata.
“Nova pinter… nanti Nova di Ciraden aja yah.. sama Ibu guru.., sampe sekolah selesai..sayang 3 bulan lagi ya Nova ya..”. Ujar mama dengan lembut mencoba membujuk dan menenangkan tangisannya. Karena sudah dua minggu ini Nova tidak mau masuk sekolah karena tinggal di Cimahi bersama Nenek dan Kakek dari Mama nya semenjak Ibunya dirawat di Rumah Sakit Cibabat.

“Nanti Nova disana sama temen temen main sambil belajar yah…” ucap Mama lagi. Menyentuh lembut rambut Nova. Salah satu anggota kluarganya yang diduga Kakek dari Mamahnya menimpali ajakan Mama. 
“iya…tuu Nova mau disana ya.. 3 bulan lagi, tapi nanti SD nya mau di Cimahi bu guru..”. Timpalnya. Meniru jawaban logat anak anak.

Yang di ajak bicara masih menangis saja, tetapi tidak menjawab ya atau tidak hanya tetap menangis. Memang, bukan saat yang tepat untuk membicarakan secara deal untuk didapat hasil keputusan 100% saat itu juga.
Waktu terus berlalu, Mama masih berbincang dengan keluarga yang ditinggalkan. Kemudian mama teringat Ajeng. Dipertemukannya Ajeng dengan Nova. Ajeng yang usianya jauh lebih kecil dari Nova berjalan hati hati menjingjit kakinya. Ajeng berusia 3 tahun, anak kecil mungil dan imut ini wajahnya memang menggemaskan karena lucu akan kemungilannya dan suaranya yang cempreng.

Saat di pertemukan Nova bersalaman dengan Ajeng. Masih terlihat malu malu, namun tak disangka akhirnya Nova bisa  tersenyum saat melihat Ajeng.
Kakeknya menyaksikan perubahan wajah Nova ketika melihat Ajeng dan berkata.
“eeh tuh senyum ngeliat Ajeng..”. Ajeng yang matanya bundar, wajahnya putih, badannya mungil kecil, kurus, jauh dari langit-langit membalas senyumnya juga. Alhamdulillah pertemuannya itu mungkin sedikit menghilangkan kesedihan bagi Nova sendiri. Tiba-tiba Nova nyeletuk bilang mana Revan..?. sambil malu malu bilang dan sembunyi berbalik ke badan Tantenya.

Ibuku menoleh dan menatapku spontan dengan raut wajah yang sedikit kecewa, karena Revan memang tidak ikut dalam rombongan orangtua murid. Saya pun hanya tersenyum. Namun sepersekian detik sesaat setelahku melempar pandanganku ke pintu luar, terlihat sosok seperti Mamahnya Revan sedang berjalan kearah kediaman kami.

“Bentar-bentar, itu kaya mamahnya Revan!”. Seru ku bersemangat.
“mana?oo iyaa”. Ibuku segera meraih tangan Revan dan membimbingnya berjalan melewati kerumunan tamu-tamu lain.
“Niih ini Revan sayang.. mana sini Revan, Nova pengen ketemu”. Sambung Ibuku, seraya menghantarkan Revan agar berdekatan dengan Nova.
“eeh.. Revan,, sini Revan di peluk Nova nya..”. timpal Kakek Nova saat Revan tiba berhadapan dengan Nova.

Revan pun menurutnya. Nova menyambut sahabatnya dengan berdiri, begitu juga Revan berdiri dihadapan Nova. Dipeluknya Nova oleh Revan sahabatnya hingga Nova pun balas memeluk Revan. Mereka saling berpelukan sambil berdiri. Kami, yang menyaksikan kejadian tersebut tak kuasa menahan bendungan air mata. Termasuk saya sendiri tak kuasa menahan butiran bening yang sejak tadi saya tahan agar tak keluar, namun melihat kejadian itu akhirnya saya tersenyum dengan ari mata berderai, ya Allah… sungguh hatiku tersentuh terpilin pilin haru campur aduk rasanya saat itu denting piano doremifasilasido seperti berbunyi mengiringi keharuan ini (Yiruma-Kiss The Rain). sedih, haru, sakit, dan bangga dengan adik adik ini. 

Masya Allah…, ternyata memang benar sekali. Kehadiran seorang teman sebaya baik dalam suka maupun duka adalah termasuk hal yang sangat penting. Sesaat setelah Revan dan Nova saling berpelukan Nova mulai bersuara dan bercakap cakap dengan Revan.
“Revan main yuk, ada ikan di rumah aku”. Ajak Nova.

Yah, Hari itu saya memetik pelajaran yang amat berharga dari dua orang anak kecil yang belum mengerti tentang banyak hal. Sikap afektif dan psiokomotorik dari anak kecil yang kini sedikit jarang dilakukan orang dewasa. Rasa simpati, empati, belas kasih yang sepertinya orang dewasa/ pemuda justru dengan mudah mengabaikannya. Bahkan biasanya ada istilah yang dibuat orang dewasa seperti 
“Dulur Jadi Batur – Batur Jadi Dulur” Apa itu maksudnya, saudara tetap saudara, teman juga saudara, semua saudara. 

Well, dari sepenggal kisah nyataku ini kita semua bisa belajar. Bahwa  sebenarnya Hal yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN KITA. bukan Kekasih Hati kita, Keluarga kita, orang orang terdekat kita tetapi hal yang paling dekat dengan kita yang masih HIDUP justru adalah KEMATIAN itu sendiri.

Firman Allah tentang Kematian Makhluknya
"jelas Allah SWT pun berfirman dalam Al-Qur'an, bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan Mati" Hanya saja waktu itulah yang kita tidak tahu kapan dimana saat apa saat bagaimana sedang berbuat baikkah ? atau sedang bermaksiatkah?

Kematian bisa datang kapan saja dan sangat mendadak. Kematian datang tanpa di rencanakan. Semua orang akan kembali padanya. Sejauh apapun kita melangkah, tempat kembali pulang adalah Rumah Masa Depan kita yakni ALAM KUBUR. Dan hal yang saya takutkan soal KEMATIAN adalah, saya meninggalkan dunia ini dengan keadaan tidak khusnul khotimah atau mati konyol. Tidak membawa bekal apa-apa Na’udzubillahimindzalik. Semoga dijauhkan. Semoga semua insan muslimin wal muslimat di muka bumi ini dapat meninggalkan dunia ini dalam keadaan khusnul khotimah dan dalam Kemuliaan. Aamiin Ya Mujiibassailiin... 


Doa dijauhkan dari siksa kubur dan Fitnah Dajjal 








2 komentar:

  1. 816 Ounces of the Moon - The Raw Titanium
    Buy The SEGA Master System titanium nipple bars ROM for titanium nose jewelry SEGA Master System titanium tube for FREE in Canada titanium wood stoves on iTanium-arts.com. Read our great review, try it for free or find your  Rating: 5 titanium bars · ‎4 reviews

    BalasHapus

Buat Rame dengan celoteh mu ya...
thanks..:)